Rabu, 05 Januari 2011 00.04
Ini Keluh ku, teman~
Annyeong~
Bagaimana hari kalian?
Hum.. ini adalah hari yang melelahkan bukan ?
Tentu saja~ yaa. Tapi ini menurutku.
Seperti biasa, menghabiskan waktu 9 jam untuk duduk disuatu ruangan dalam suatu lingkungan yang bernama “sekolah”.
Sebagian besar hidupku mungkin kuserahkan kepada lingkungan ini. Sebagian besar hariku yang kuhabiskan dilingkungan ini.
Bersama teman,dan bersama guru.
Ahh~
Membosankan memang..
Mendengar kata sekolah saja, aku telah malas membahasnya.
Tapi kali ini, aku ingin berbagi , teman.
Berbagi tentang sekolah ku, tentang hidupku, tentang keseharianku.
Seperti yang sudah kukatakan,teman.
Aku telah menghabiskan waktu ku, sebagian besar hidupku dan hariku disuatu lingkungan bernama sekolah.
Yaaa..
Aku adalah seorang siswi SMA kelas X yang duduk disuatu ruangan bernama kelas X.2 disebuah lingkungan sekolah yang ternama di Kota ku.
SMA NEGERI 1 KOTA METRO namanya, teman.
Tak mudah untuk masuk kesekolah ini, butuh perjuangan dan usaha yang keras untuk bisa menyisihkan ratusan orang, hanya untuk mendapatkan satu buah bangku di sekolah ini.
Orang-orang dikota ku mengatakan bahwa, sekolah ku adalah sekolah terbaik, teman.
Tentu saja itu tidak salah. TIDAK !
Aku pun menyadari itu, teman.
Sekolah ku yang tidak hanya memang bagus dinama, harum ditelinga, atau sering disebut oleh masyarakat kota ku.
Predikat sekolah terbaik memang tidak salah melekat disekolah ku ini.
Sekolah yang telah berdiri sejak tahun 1954 ini memiliki segudang prestasi yang menakjubkan, teman.
Mulai dari prestasi antar sekolah, antar kota, antar provinsi, bahkan sampai Nasional.
Beratus-ratus piala terpajang disebuah ruang , ruang yang berada didepan pintu utama masuk.
Jika kau masuk kesana teman, kau akan mengucapkan “wow”.
Mulai dari piala yang kecil, hingga piala raksasa, piala yang hanya ada di sekolahku, teman. Piala yang hanya didapatkan oleh sekolah kami.
Ini tidak bohong, teman. Kau bisa datang jika kau mau membuktikkan.
Semua prestasi , semua piala yang terpajang diruang itu, tidak lepas dari semua usaha yang telah siswa-siswi SMANSA raih selama bertahun-tahun. Baik itu prestasi akademik maupun non akademik.
Aku bangga , teman.
Aku bangga bisa menjadi salah satu bagian disekolah ini.
Tapi teman,
Tahukah kalian ?
Dibalik rasa bangga ku ini tersirat suatu kekesalan dan rasa lelah berkepanjangan. Ntah hanya aku yang merasakan , tapi mungkin, sebgaian teman ku yang lain juga mungkin merasakannya.
Yaa teman~
Ini keluhku. Rasa lelah yang kurasa sekarang.
Rasa lelah yang membebani ku semenjak aku mengecap bangku SMA di SMA ini.
Tidak pernah terbayangkan oleh ku, teman.
Betapa lelah nya menjadi anak SMA apalagi di SMA favorit.
Di SMA RSBI. Di SMA pujaan banyak anak yang tak bisa masuk kesini.
Bohong kalau kalian bilang masa SMA adalah masa terindah.
Itu kesimpulan yang kami dapat, teman.
Kalian boleh protes, tapi coba dengar cerita kami ini dulu, teman.
Kami merasa bahwa masa SMA adalah masa yang suram.
Masa yang penuh kelabilan, dimana kami merasa “cukup” tertekan oleh seabrek tugas yang diberikan oleh para guru..
Belum lagi persaingan yang amat sangat ketat, dimana kami diharuskan untuk dapat memenuhi standar kelulusan belajar dengan angka 75.
Waktu belajar yang hampir 50 jam, teman.
50 jam dalam seminggu.
Jam pulang sekolah pun setengah 4 sore, teman.
Kami yang sesampainya dirumah menarik napas panjang untuk kemudian tidur dan melepaskan lelah kami.
Kami yang baru tidur selama 1 jam disore hari untuk kemudian terbangun dan mandi, lalu belajar, dan mengerjakan tugas kami.
Lelah memang teman.
Jujur, kami merasa lelah, capek, dengan otak yang penuh beban.
Kami menanggung beban yang berat teman, terlebih kami baru kelas X, dimana ada kurang lebih 18 mata pelajaran yang harus kami pelajari. Disetiap pelajaran nya pun, kami harus bisa mendapatkan nilai 75.
Apabila kami tidak mendapat nilai itu, maka kami harus bersiap melakukan sebuah “remidi”.
Remidi adalah pengulangan dari materi , teman.
Materi dimana kalian belum bisa mendapat sebuah angka 75.
Kami sering , teman., sering melakukan suatu remidi .
Tak bisa dipungkiri.
Seluruh dari kami adalah pencicip dari “remidi”.
Bahkan pernah teman, dalam satu kelas yang berisikan 32 anak itu mencicipi remidi.
Ahh~
Kalau aku tidak usah ditanya, teman.
Aku adalah salah satu siswi yang bisa dibilang telah mencicipi berbagai jenis remidi.
Mulai dari agama, komputer, bahasa arab, fisika, bahasa indonesia, bahasa inggris, ekonomi,
Waahh.
Bukankah itu sudah cukup banyak , teman ?
Aku bahkan malu dengan diriku sendiri.
Mengapa aku tidak bisa menaklukkan mata pelajaran itu.
Aku pikir, hanya aku yang merasakan ini, teman.
Aku pikir aku adalah seorang siswi yang bodoh,
Aku pikir, aku hanya seorang diri menanggung malu ini.
Tapi kenyataan mengatakan TIDAK !
Dulu, saat kami masih duduk dibangku SMP,
Jika kami mendapatkan nilai 75, kami berkata: “ahh.. hanya 75 ?? bagimana mungkin ??”
Tapi, sekarang , teman.
Jika kami mendapat angka 75, kami berkata: “alhamdulillah.. 75”.
Memalukan , teman.
Sangat memalukan jika dibandingkan jaman kami SMP dulu.
Ntah , teman.
Aku juga bingung.
Mengapa bisa terjadi “Remidi” yang sering itu.
Sungguh teman, kami bingung.
Sebenarnya, yang salah adalah siapa?
Kami ?
Yaa.. jujur, kami mungkin belum maksimal dengan belajar kami teman.
Bagaimana kami mau maksimal, jika otak kami harus kami bagi-bagi kedalam 18 pelajaran.
Bagaimana kami bisa maksimal, dengan rasa lelah yang mendera kami,teman.
Bagaimana mungkin kami bisa mengulang pelajaran disekolah saat sepulang sekolah , ketika kami pulang jam setengah 4 sore.
Sepulang sekolah itu, tak urung kami merasa amat sangat lelah yang menyebabkan kami tertidur pulas hingga keesokan harinya, teman.
Bukankah itu hebat, teman?
Itu adalah kesalahan kami, teman.
Tentu, guru bilang bahwa kami tidak pandai dalam memanage dan membagi waktu.
Mungkin itu juga benar, teman.
Kami yang masih kelas X, yang baru 6 bulan menduduki bangku di sekolah ini, mungkin kami yang belum terbiasa untuk membagi dan memanage waktu yang tersisa itu dirumah, teman.
Tapi bagiamana dengan kakak kelas ? mereka yang sudah kelas XI ataupun kelas XII , juga sering mendapat dan mencicipi “remidi” , teman.
Bukankah mereka adalah senior kami?
Yang seharusnya mereka telah terbiasa dengan suasana seperti ini, teman.
Seharusnya mereka sudah pandai dalam membagi waktu mereka, terlebih lagi pelajaran mereka yang sudah berkurang dari pada saat mereka duduk di kelas X.
Tapi, teman.
Kenyataannya, mereka tidak berbeda dengan kami.
Sungguh, teman.
Ini kenyataan yang memalukan.
Tapi bagaimana dengan satu kelas yang seluruh siswa nya mendapatkan remidi dalam satu pelajaran.
Teman? Siapa lagi yang harus kami salahkan?
Guru kami ? atau kami lagi yang salah ?
Bagaimana mungkin satu kelas bisa remidi semua ?
Tidakkah didalam satu kelas itu terdapat siswa yang pintar? Tapi kenapa ini bisa terjadi teman ?
Guru kami yang salah ?
Mungkin, mungkin benar dan mungkin tidak.
Teman, tidak semua guru yang mengajar kami adalah guru yang menyenangkan.
Guru yang bisa kami ajak santai, guru yang bisa sabar.
Tidak teman !
Tidak semua guru !
Ada guru yang galak, teman.
Ada guru yang cuek,
Guru yang tidak jelas dalam mengajar,
Guru yang tidak mau tau dengan muridnya,
Guru yang pilih kasih,
Guru yang menakut-nakuti kami,
Guru yang sering membuat kami merasa terkucil,
Guru yang senang dan sengaja memberikan kami tugas yang bertumpuk,
Tentu guru seperti itu ada, teman.
Tentu.
Bahkan jumlahnya lebih banyak daripada guru yang bisa dimengerti.
Mungkinkah kami yang tidak cocok dengan cara mengajar mereka?
Semuanya mungkin, teman.
Mungkin !
Mengapa nilai 100 dan 90 yang selalu dan sering kami dapatkan saat SMP dulu tidak dapat kami raih di saat SMA ini, teman?
Mengapa terlalu berat rasanya untuk bisa mendapatkan nilai 75 , teman?
Mengapa kami menjadi menurun drastis teman?
Nilai kami, semangat belajar kami.
Mengapa ini bisa terjadi teman?
Ini baru tentang remidi dan guru yang beraneka ragam.
Belum lagi dengan ruang belajar yang tidak kondusif.
Tahukah kalian tentang sistem “moving class”.. ya seperti anak kuliah itu, teman.
Hal itu diterapkan oleh sekolah ku.
Disetiap ganti jam pelajaran, kami harus berjalan mengitari sekolah, mencari suatu ruang dimana guru kami berada.
Tak urung itu menyebabkan kami harus berebut kelas dengan kelas lain.
Waktu kami yang terbuang , teman.,
Waktu yang terbuang hanya untuk mencari kelas.
Mengakibatkan guru kami harus ngebut dalam menyampaikan materi agar kami tidak tertinggal dengan kelas lain.
Belum lagi ruangan yang panas.
Tidak semua ruang terdapat AC , teman.
Ada yang didalamnya terdapat AC yang dapat dipergunakan dengan baik.
Tapi ada AC yang hanya digunakan sebagai suatu pajangan dikarenakan rusak dan sudah tidak dapat berfungsi lagi.
Kipas angin pun tersedia teman,
Tapi sama dengan AC, tidak semua nya terdapat kipas angin , dan tidak semua kipas angin itu bisa hidup teman.
Bisakah kalian bayangkan, disaat musim panas yang terik ?
Kami harus menggerakkan tangan kami yang memegang buku untuk menghilangkan rasa gerah kami, teman.
Sungguh bukan kondisi yang kondusif.
Yang seharusnya kami fokus dengan penjelasan guru kami, justru kami sibuk berkutat dengan diri sendiri, gupek dengan terik matahari yang masuk kedalam ruangan.
Ahh~
Tapi itu dulu teman.
Saat ini, kami tidak lagi mengalami “moving class”, tapi kini, kami mengalami “moving day”.
Dimana , setiap harinya saja kami harus berpindah kelas.
Ini cukup lumayan, teman.
Setidaknya, kami tidak terlalu merasa lelah untuk berjalan kesana-kesini mencari sebuah ruang kelas yang kosong.
Tapi masalah dengan AC dan kipas angin ?
Itu masih tetap ada , teman.
Sekarang,
Sekolah kami sedang mengalami pembangunan bangunan baru.
Dimana beberapa kelas akan didirikan agar nantinya tidak ada lagi sistem “moving class” atau “moving day”
Terlihat bangunan itu sedang kokoh berdiri dipinggir lapangan hijau sekolah kami, teman.
Namun sayang, itu belum selesai dibangun semua.
Kami harus menunggu, teman.
Menunggu sampai saat dimana kami akan berkata “hore!” karena kami bisa duduk disuatu kelas yang paten, yang berisikan AC yang membuat kami merasa nyaman untuk berada disekolah.
Itulah sekilas tentang sekolah ku, teman.
Tentunya,aku ingin bertanya kepada kalian.
Apakah kondisi sekolah dan kehidupan kalian sama dengan ku?
Apakah jam belajar kalian disekolah juga hampir 50 jam perminggunya seperti kami?
Apakah kalian merasakan apa yang kami rasakan , teman?
Tertekan, lelah, capek, jenuh,bosan ?
Inilah akhir kisahku tentang sekolahku , teman.
Tentang sekolah favorit disuatu kota yang mendapat predikat RSBI.
Tentang kehidupanku yang baru aku jalani selama 6 bulan, teman.
Tentang keseharianku.
Aku harap, sekolahku nanti akan menjadi lebih baik, teman.
Sehingga kami bisa mendapatkan suatu kenyamanan untuk berada dilingkungan ini.
Dan tentunya, harapan kami, teman.
Kami bisa mendapatkan suatu istirahat yang cukup,
Dimana kami bisa bernapas dengan lega tanpa suatu beban tugas, ulangan, remidi dan lain-lain.
Dimana kami lebih bisa mengerti guru-guru kami dari pada saat ini.
Kami menunggu, teman.
Menunggu suatu perubahan nyata disekolah, kami.
Ini keluhanku, ini pendapatku, dan ini suara ku.
Ini keluhan, pendapat dan suara dari seorang siswi biasa yang baru duduk 6 bulan dibangku kelas X SMA.
Label: Seuntai kisah untuk dikenang